Diskusi kita malam ini boleh dibilang terinspirasi dari beberapa room sebelumnya yang dalam berdiskusi menyebut kalau orang Batak adalah tipe yang setia. Sebagaimana pernah kita diskusikan ketika topik alasan memilih pasangan, salah satu alasan untuk memilih pasangan dari suku Batak adalah karena sifatnya yang setia. Benarkah demikian?

Soal setia, misalnya terlihat pada pasangan yang pernikahan mereka berlangsung lama tanpa pernah berujung pada perceraian selain karena dipisahkan oleh kematian. Dari satu sisi kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh prosesi budaya atau adat Batak dalam pernikahan yang melalui proses panjang dan berliku.

Selain itu kemungkinan karena mayoritas Batak memeluk agama yang mengharamkan adanya perceraian. Karena prosesnya ribet dan mengeluarkan biaya yang katanya tidak sedikit, akhirnya masing-masing pasangan merasa bahwa pernikahan harus dipertahankan. Dan tidak terpikir untuk melakukan tindakan yang aneh-aneh. Ada juga pendapat dan pemikiran yang mengatakan bahwa alasannya menghindari malu kalau akhirnya menjadi omongan tetangga akhirnya ditahan-tahankan. Seberat apapun pernikahan itu dijalani. Apakah alasannya karena itu?

Ada juga yang mengalami atau mengamati, di daerah Samosir, bahwa ketika seorang istri meninggal terlebih dahulu, sang suami memilih untuk tidak menikah lagi untuk seterusnya. Sementara dalam kondisi mirip namun ketika terjadi di daerah Toba, hal tersebut jarang terjadi. Bahkan sang pria menikah untuk beberapa kali.

Satu hal yang mungkin memunculkan kesan setia itu adalah karena orang tua memberi pesan kepada anak-anaknya ketika telah menikah, untuk tidak pernah terpikir atau mengucap kata pisah. Atau juga karena pasangan melihat contoh dari orang tuanya, dan akhirnya menjalankannya dalam hubungan mereka.
Soal setia juga ternyata spektrumnya melebar. Apakah setia itu hanya berhubungan dengan mempertahankan hubungan dengan satu pasangan saja sampai akhir hayat? Karena ternyata dari pengalaman orang tua kita, ada yang bisa memiliki beberapa pasangan dalam satu kesempatan (poligami). Bukan karena alasan keturunan.

Kita pernah mendengar cerita yang terjadi pada leluhur kita, ketika mereka belum mendapatkan anak lelaki, pria seolah punya alasan untuk menikah lagi. Agar memiliki kesempatan memiliki anak lelaki sebagai penerus marganya.

Soal setia akhirnya berujung pada kondisi pernikahan. Dan soal tidak setia ini bisa berakibat pada perceraian. Bagaimanakah adat Batak melihat perceraian? Jika perceraian terjadi karena kesalahan perempuan, maka sinamot yang diterima pihak perempuan harus dikembalikan kepada pihak laki-laki. Malah bila si perempuan kawin dengan laki-laki lain sebelum perceraian resmi, perempuan dituntut untuk mengembalikan sinamot dengan berlipat ganda. Namun apabila sang suami yang menyia-nyiakan istrinya, dan akhirnya perceraian tidak terelakkan, maka pihak laki-laki tidak dapat menuntut sinamot dikembalikan.

Soal setia ini ternyata bukan semata soal hubungan antar manusia. Tapi terlihat juga dalam dunia kerja. Sebagai pegawai atau karyawan, ketika mereka merasa nyaman akan pekerjaannya, mereka akan tinggal lebih lama dalam kantor di mana dia berada. Dan hal tersebut diakui oleh orang lain. Selain itu kesetiaan orang Batak terlihat juga dalam mereka memperjuangkan prinsip yang diyakini. Setia dalam menjaga komitmen dan integritas. Yang pada akhirnya membentuk etos kerja buat mereka.

Akhirnya soal setia ini mungkin kembali pada pribadi masing-masing. Mungkin tidak ada hubungan dengan suku tertentu. Tidak ada jaminan kalau orang Batak itu setia. Demikian sebaliknya, dengan suku lain. Karena setia bukanlah sifat yang eksklusif dipunyai orang Batak. Dan karena merupakan sifat manusia, sudah ada sejak lahir. Bukan karena harus dibuktikan ketika berhubungan dengan orang lain dalam bentuk pernikahan.