Orang Batak dikenal memiliki ragam profesi untuk menghidupi keluarganya. Sering terdengar stereotipe orang Batak sebagai tukang tambal  ban,  supir  angkot,  supir  metromini,  atau  penegak  hukum semacam polisi, pengacara, hingga hakim. Bahkan di dunia hiburan dan menjadi pesohor. Tapi apapun itu, tujuan akhirnya adalah menjadi sumber penghidupan keluarga atau tulang punggung keluarga.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah dari ragam profesi tersebut. Pertama dari stereotipe. Sering ada semacam beban buat kita sebagai orang Batak. Tapi tidak jarang, kekerabatan kita sebagai orang Batak juga mempermudah kita dalam keseharian. Entah dalam kuliah atau bekerja. Ketika butuh sesuatu dari satu instansi misalnya, kita bisa mulai dari yang kita kenal. Kita bisa cari sesama Batak, untuk kemudian ketika kita laki menyapa Tulang kepada pimpinannya yang laki. Atau ketika perempuan, menyapa amangboru.

Ada beberapa yang bisa dibagi dalam diskusi malam ini yang mungkin bisa diaplikasikan dalam dunia kerja. Pertama adalah, pintar mungkin penting tapi ternyata lebih penting menjadi pintar-pintar. Bagaimana bersosialisasi, bagaimana berhubungan dengan orang lain di dunia kerja.

Selain itu juga, ketika mendapat tantangan dalam bekerja, penting untuk menerima tantangan dulu dibandingkan menolak atau menghindari pekerjaan.

Dengan demikian kita akan mendapat poin positip dalam dunia kerja. Mengaplikasikan apa yang kita pelajari soal adat Batak dan sebagai warga Dalihan Na Tolu, ternyata bisa mempermudah kita dalam bekerja di tempat kita masing-masing.

Selain itu juga yang tak kalah penting adalah mengaplikasikan pesan orang tua. Entah itu dari Bapak atau Ibu kita. Karena mau tidak mau mereka sudah lebih dahulu mencicipi asam garam kehidupan dan pengalaman mereka bisa kita jadikan bekal dalam bekerja. Kadang kita tidak sadar pengalaman orang tua kita menginspirasi kita dalam bekerja atau berkehidupan.

Banyak pesan yang sepertinya disampaikan oleh orang tua kepada kita anak- anaknya. Seperti misalnya seperti bekerja sebaik-baiknya, selalu berbuat baik dan melayani sesama, taat dan tunduk pada pimpinan, plus jangan mengejar harta duniawi. Dan tanpa berbicara keyakinan, semua agama mengajarkan hal yang sama. Pantang menyerah, bekerja keras untuk keluarga.

Menarik sharing malam ini, ada insight yang kita peroleh. Apresiasi juga kepada kak Cheryl bahwa room seperti ini yang membicarakan dan merawat budaya perlu diperbanyak untuk membentengi budaya kita dari infiltrasi budaya luar. Dan sebagai bagian dari bangsa yang besar ini, kita percaya bahwa semua suku bangsa punya nilai luhur yang bisa menjadi bekal dalam keseharian.