“Tulang ni na mate” adalah salah satu istilah yang saya dapat dari diskusi di room clubhouse Mandok Hata. Secara umum, ada dua definisi yang saya tangkap yang menggambarkan istilah ini.

1. Hubungan Yang Renggang

Untuk memahami definisi pertama ini ada baiknya kita pahami dulu pentingnya peran dan posisi Tulang dalam adat Batak. Artikel tersebut menjelaskan bahwa peran Tulang akan selalu ada dalam setiap acara adat berenya. Oleh karena itu kita sebagai bere sebaiknya, tidak hanya mengenal namun juga, memiliki hubungan yang baik dengan Tulang kita.

Dari salah satu tulisan di Batak Bercerita ada ungkapan “hansit ni naso martulang, humasit do na martulang alai sohea di tanda tulang na” yang artinya sepahit-pahitnya tidak punya Tulang, lebih pahit lagi punya Tulang tapi tidak dikenal.

Akibat hubungan yang renggang ini Tulang hanya dijadikan syarat formil dalam acara adat, terutama kematian, maka lahirlah istilah “Tulang ni na mate”.

2. Profesi

Konon katanya di salah satu daerah ada orang-orang yang setiap hari mencari kabar duka di surat kabar dari keluarga Batak. Setelah menemukan target operasi untuk hari itu, mereka akan berangkat ke rumah duka untuk mengikuti acara adat kematian dan mengekor di rombongan Tulang. Mereka inilah yang disebut dengan “Tulang ni na mate”.