Malam ini kita berbagi mengenai hal kecil terkait dengan habatahon. Sesuatu yang kita ketahui kita bagi kepada teman lain, yang mungkin belum mengetahuinya.

  1. Dalam proses mangulosi, ulos selalu dari posisi lebih tinggi diserahkan kepada posisi lebih rendah. Hula-hula kepada boru. Tidak pernah sebaliknya.
  2. Ternyata budaya mangampu (menjawab ucapan selamat) oleh pengantin tidak dikenal dalam pesta unjuk yang dilaksanakan di bona pasogit.
  3. Marga bagi orang Batak, merupakan sesuatu yang diturunkan kepada anak-anak. Karena Batak menganut patrilinial, marga turun dari orang tua laki-laki. Perempuan Batak tidak menurunkan marga kepada anaknya. Dia akan mengikut marga suaminya.
  4. Pesan orang tua kepada pengantin, kalau ada masalah dalam keluarga, terlebih dahulu berbicara kepada Tulang, bukan kepada orang tua. Kenapa? Karena mungkin terkait dengan ungkapan yang menyebut pasu-pasu ni tulang sambola langit (Doa atau berkat dari Tulang itu separuh dari luasnya langit).
  5. Marga itu seperti kewarganegaraan, mangadati adalah paspornya. Namun tentu ketika telah punya paspor, semua kembali pada pribadi masing-masing. Apakah paspor itu akan dipakai atau tidak. Pada akhirnya paspor tersebut akan sia-sia ketika hanya dipakai berikutnya pada saat menikahkan putra atau putrinya. Tanpa pernah sekalipun mempergunakannya dalam kegiatan di antaranya.
  6. Kenapa anak muda Batak jarang memahami adat? Mungkin karena sejak dini ketika bertanya kepada orang tua tidak diberi kesempatan untuk mengetahui atau mempelajari. Atau orang tua tidak menanamkan budaya atau adat Batak kepada anak-anak. Atau juga karena anak muda tidak merasa ada kepentingan untuk mengetahui adat Batak.
  7. Ketertarikan akan adat dan budaya Batak lebih didorong oleh manfaat dari adat dan budaya itu sendiri. Ketika kita merasa tidak memperoleh manfaat darinya, kemungkinan besar tidak akan tertarik.
  8. Menjadi Batak merupakan privilese, sebab menjadi Batak kita punya partuturan (budaya mengenai kekerabatan) yang berhubungan dengan bagaimana kita menyapa orang lain.
  9. Penting untuk merawat tarombo karena hal tersebut mejadi bekal kagi keturunan kita kelak, menelusuri asal-usulnya.
  10. Menikah dengan adat Batak bukan semata untuk terlihat hebat atau dipandang dan terhormat. Namun untuk menunjukkan habatahon kita.
  11. Untuk saudara kita dari puak Karo, ketika ada seseorang yang mengikuti proses ain (diangkat sebagai anak dalam adat dan diberi marga), yang mendapat marga bukan hanya dia sendiri. Namun juga kepada orang tuanya dengan demikian saudaranya juga mendapat marga sama.
  12. Yang membayar sinamot terhormat, yang menerima sinamot dihormati. Sinamot merupakan bentuk apresiasi bagi kedua belah pihak.