Sebagai orang Batak, kita dianugerahi nama tambahan di belakang nama kita. Nama yang diturunkan dari orang tua (ayah) kita. Sebagai orang Batak yang menganut budaya patrilinial, sudah pasti marga ini diturunkan oleh laki-laki. Perempuan tidak menurunkan marga kepada keturunannya.

Jika ditarik mulai dari Si Raja Batak sampai sekitaran dua puluhan generasi setelahnya sampai pada kondisi saat ini, sudah banyak marga yang muncul. Konon berjumlah hingga ratusan. Ada yang bilang mencapai 500 marga!1 Belum ada dokumen resmi yang mencatatnya. Dan jika bicara soal marga yang berhubungan dengan Batak, disini kita bicara mencakup semua puak yang ada.
Bukan Toba saja, tapi juga mencakup puak yang lain seperti Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.

Satu punguan marga yang sering terkenal dengan jumlah mereka yang banyak adalah punguan Nai Ambaton yang biasanya disebut dengan Parna. Kelompok Parna ini konon berjumlah hingga 83 marga. Belum lagi marga yang lain. Untuk saudara kita dari Karo, turunan dari Merga Silima dari Karo mencapai 86 marga. Belum lagi jika kita perlebar dan masukkan saudara kita dari suku Nias. Ada yang mencatat mereka memiliki 122 marga! Belum lagi puak yang lain.

Sedemikan banyaknya jumlah marga itu sehingga sering kita baru mengetahui bahwa ada marga tertentu. Karena kita baru dengar, seolah baru. Meskipun hal tersebut buat orang lain bukan merupakan hal yang baru, karena mereka pernah mendengar atau ada marga itu di keluarga atau lingkungan terdekat kita.