Diskusi malam ini dipicu dari diskusi sebelumnya yang sedikit menyinggung soal asal-usul. Bahwa ketika kita sebagai warga Dalihan Na Tolu saling mengenalkan diri, biasanya kita akan menarik hubungan kekerabatan dari sisi marga. Pertama kita akan mengenalkan marga kita, kemudian mengenalkan marga ibu kita. Biasanya dari kedua marga itu akan ketemu hubungan kekerabatan. Jika dari keduanya belum ditemukan hubungan kekerabatan, biasanya akan ditarik ke atas lagi. Marga dari ompung masing- masing. Selain karena kesamaan marga.
Selain daripada kesamaan marga, hubungan kekerabatan bisa juga dipicu dari hubungan yang disebut parpadanan. Perjanjian antar marga. Yang biasanya dijalin sejak puluhan generasi di atas kita. Selain itu ada juga hubungan kekerabatan yang disebut marpariban. Bukan pariban dalam arti putri dari tulang atau putra dari namboru. Namun lebih luas dari situ, pariban juga jalinan kekerabatan antara perempuan yang satu marga. Ketika mereka sudah menikah, biasanya suami mereka berdua juga saling menyapa pariban satu sama lain.
Ada satu rumpun marga yang terdiri dari beberapa marga. Kita ambil contoh marga Sihombing yang terdiri dari Sihombing Silaban, Sihombing Lumbantoruan, Sihombing Nababan dan Sihombing Hutasoit. Ternyata diantara mereka sudah ada saling menikah. Dan ketika saling menikah, mereka akan melepas marga induknya sehingga menjadi hanya Silaban saja, Lumbantoruan saja dst. Yang menjadi pertanyaan, ketika menikah dan berpesta, apakah mereka akan bingung akan hula-hulanya? Harusnya tidak. Karena masing-masing kedua belah pihak keluarga punya hula-hula masing-masing.
Soal tarombo, kita memahami kalau nomer (generasi) mengambil peran penting dalam partuturan. Apakah nomer yang sama, selisih satu, atau selisih dua akan menentukan sapaan diantara yang mereka semarga. Ternyata ada yang pernah mengalami ada penyesuaian dalam urutan nomer tersebut. Tadinya mereka nomernya sama akhirnya menjadi selisih satu. Atau tadinya selisih satu, akhirnya menjadi sama. hal tersebut terjadi ketika penarikan garis keturunan tidak dimulai dari titik yang sama. misalnya untuk kasus Sihombing di atas, satu mengambil dari Sihombing, satu lagi mengambil dari Lumbantoruan.