Setelah minggu lalu kita diskusi mengenai sitiop puro atau pengelola keuangan di keluarga masing-masing, malam ini kita bicara lebih jauh lagi mengenai bagaimana mengelola keuangan.
Ada kalimat bijak yang bilang, bukan seberapa besar uang yang kau peroleh, tapi seberapa besar yang tersisa dari uang tersebut. Pesan dari kalimat tersebut adalah yang terpenting adalah bagaimana mengelola keuangan. Malam ini kita kedatangan pembicara Cynthia Nadeak, seorang praktisi keuangan dari D’Origin sebuah perusahaan jasa penasihat bisnis dan keuangan yang yang sudah malang melintang di industri keuangan. Dari sharing kak Cynthia kita memperoleh insight.
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mengelola keuangan adalah bagaimana mengalokasikan uang yang kita peroleh. Alokasinya seperti untuk biaya hidup atau keseharian, asuransi, pendidikan, tabungan, kesenangan, atau investasi. Mengenai seberapa besar alokasi masing-masing, kembali pada pribadi masing-masing. karena setiap pribadi pasti memiliki tujuan yang berbeda. Semisal dari sisi gaya hidup yang ingin dicapai pasti berpengaruh pada alokasi biaya hidup. Atau ketika punya aset tertentu pada masa yang akan datang, akan berpengaruh pada alokasi tabungan atau investasi. Bisa dikatakan investasi akhirnya akan dipengaruhi oleh latar belakang seseorang. Seorang lajang akan berbeda tujuan dan alokasi keuangan mereka dengan yang sudah berkeluarga. Demikian juga seorang dari generasi milenial akan berbeda dengan generasi Z.
Jika kita bicara soal investasi juga saat ini sudah jauh berbeda dengan sepuluh sampai dua puluh tahun lalu. Saat literasi soal keuangan atau investasi belumlah banyak. Saat jumlah investor juga masih sedikit. Saat ini, soal investasi semudah membuka telepon pintar. Sudah banyak informasi yang bisa kita peroleh dan bisa pelajari. Meskipun dari beberapa cerita teman di group ini, memperoleh keuntungan dalam berinvetasi (saham) dalam hitungan hari, investasi memiliki horizon jangka panjang. Butuh waktu lima sampai sepuluh tahun. Karena sejatinya investasi adalah membeli satu aset dengan harapan pada masa yang akan datang, aset ini akan bernilai berlipat.
Jika berbicara mengenai investasi pola pikir kita juga mempengaruhi. Untuk yang berpikir konservatif dalam pengertian tidak berani mengambil risiko, bisa memilih deposito atau reksadana. Sebaliknya jika siap dengan risiko bisa memilih berinvestasi pada saham misalnya. Perlu diingat bahwa kalau kita bicara investasi ada satu prinsip yang disebut high risk high return. Semakin tinggi return atau tingkat kembalian yang ditawarkan sebuah produk invetasi, semakin tinggi juga risiko yang dibawanya. Hal yang perlu diingat juga adalah tujuan investasi salah satunya adalah mengalahkan inflasi. Karena jika kita memiliki uang dan hanya ditempatkan pada produk tabungan atau deposito misalnya, kita tahu berapa return dari kedua produk tersebut. Mungkin hanya sekitar 3-4 persen yang tidak jauh bedanya dari tingkat rata-rata investasi. Ada pandangan bahwa tabungan atau deposito adalah dana yang kita siapkan untuk kondisi darurat.
Dari sinilah kebutuhan investasi muncul. Karena berdasarkan data yang ada, return dari produk investasi semacam saham, obligasi, reksadana dan seterusnya, returnnya melebihi tabungan atau deposito. Untuk yang terakhir, ketika memutuskan untuk masuk reksadana, penting untuk mengenal Manajer Investasi yang mengelola. Agar kita bisa mengukur risiko.
Namun perlu diingat juga bahwa tidak semua yang menawarkan return tinggi, layak untuk dijadikan wahana investasi. Sebelum memutuskan memilih sebuah produk yang diberi label investasi haruslah dipahami bahwa setinggi-tingginya return sebuah produk investasi haruslah terukur. Jangan cepat tergiur dengan tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan yang terlalu tinggi. Karena bisa jadi uang kita diputarkan pada bisnis yang tidak semestinya. Amit-amit ternyata keuntungannya berasal dari jualan drugs, judi atau bahkan prostitusi. Karena hanya dari bisnis seperti itulah yang bisa menjanjikan keuntungan tinggi melebihi keuntungan normal produk investasi yang ada.
Untuk anak muda, entah itu milenial akhir atau generasi Z, mungkin sudah tidak buta lagi mengenai investasi. Kerena semakin kesini, investasi sudah menjadi lifestyle. Memiliki produk investasi sudah menjadi gaya hidup.
Bagi teman-teman yang sudah memulai investasi, apapun jenis investsinya, selamat. Yang perlu diingat adalah pahami dulu risiko dibalik investasi yang dipilih. Bagi yang belum berinvestasi, meski atanya investasi dilakukan sedini mungkin, tidak ada kata terlambat.