Dalam pergaulan keseharian kita sebagai orang Batak, seringkali ketika ditanya asal-usul atau kampung halaman, orang sulit membedakan antara  Medan,  Batak  dan  Tapanuli.  Dari  satu  sisi  mungkin  bisa dipahami. Karena kadang kita sendiri belum paham beda diantara ketiganya.

Tapanuli (yang berasal dari “Tapian Nauli”) merupakan wilayah di bagian pesisir Barat pulau Sumatera, khususnya propinsi Sumatera Utara. Dahulu merupakan sebuah karesidenan pada masa kolonial. Batak sendiri merupakan suku atau etnis yang bertempat tinggal di daerah Tapanuli hingga wilayah sekitar Danau Toba.

Ada 5 puak atau sub-etnis Batak yang berdiam di wilayah tersebut. Puak Karo yang mendiami wilayah di Utara Danau Toba, Pakpak di Barat Laut, Toba yang tersebar di Barat Daya dan Selatan Danau Toba, Simalungun berada di Timur dan Timur Laut, serta Angkola yang yang berada di Selatan Toba.

Karo terdiri dari lima marga besar yang sering disebut Merga Silima3. Terdiri dari marga Karo-Karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, Perangin-angin. Juga marga lain yang dianggap seperti turunan dari kelima marga tersebut seperti Perangin- angin, Sitepu, Sinulingga, Kaban dan seterusnya.

Simalungun terdiri dari beberapa marga seperti Girsang, Purba, Damanik, Saragih (perlu menjadi catatan berbeda dengan Saragi yang tanpa ‘h’). Sayang sekali malam ini kita tidak mendapat pencerahan yang cukup dari sub etnis Pakpak dan Mandailing.

Pakpak yang berdiam di daerah Dairi terdiri dari marga Banuarea, Tinambunan, Tumanggor, Brutu dan seterusnya. Sementara masih ada perdebatan antara Mandailing dengan Angkola. Dimana letak perbedaannya. Dari diskusi yang ada, sepertinya pembedanya dari agama yang dianut oleh mereka yang tinggal disana. Mandailing lebih banyak pemeluk agama muslim. Mungkin karena wilayahnya lebih dekat dengan Sumatera Barat atau Barus yang dianggap pusat penyebaran agama Islam. Sementara Angkola lebih banyak didiami pemeluk agama Kristen.

Jika dilihat secara keseluruhan, dari llima puak memiliki banyak kesamaan meskipun terdapat perbedaan. Hampir semua mengenal istilah Dalihan Na Tolu meskipun dengan pengistilahan yang berbeda untuk masing-masing puak. Demikian juga dari sisi bahasa juga banyak kemiripan, meskipun banyak yang berbeda juga.