Ketika pasangan yang sudah menjalin hubungan yang serius dan akhirnya memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih lanjut (menikah) biasanya soal adat akan menjadi pertimbangan sebelum mereka melangkah. Keresahan sama juga sering menjadi pertimbangan untuk naposo Batak. Banyak naposo Batak yang akhirnya mengikuti saran atau keinginan orangtua yang berharap agar anak-anaknya menikah dengan sesama Batak. Alasan pertama mungkin karena ingin melestarikan budaya. Selanjutnya agar tidak menemui culture shock.

Bicara soal adat atau budaya yang sama, naposo Batak masih melihat bahwa bahkan untuk ‘puak yang sama’ ternyata memiliki budaya yang berbeda. Toba dengan Karo, Toba dengan Simalungun, Karo dengan Simalungun, atau melebar keluar pulau Sumatera, dengan Nias. Ketika terjadi pernikahan lintas puak atau lintas budaya, kadang ada memang adat yang berbeda. Namun ternyata bukan itu saja, bahkan antara sesama puak saja masih sering terjadi perbedaan. Toba dengan Samosir atau Toba dengan Humbang misalnya. Namanya adat, namanya kebiasaan, pasti ada perbedaan. Tak bisa dipungkiri. Namun ternyata semakin hari hal tersebut tidak menjadi pertimbangan utama. Bagaimana kalau ternyata berbeda, apa yang harus dilakukan? Diskusi kita malam ini soal adat ternyata bukan semata urusan Dalihan Na Tolu atau satu puak yang sama. Juga dalam hal kultur yang berbeda.

Karena soal adat yang berbeda, ternyata ada yang tidak berpikir sempit hanya dalam hubungan antar suku dalam satu negara. Malah ada yang sudah mulai berpikir untuk memprioritaskan melangkah keluar (negeri) atau mencari bule dahulu baru mencari yang sesuku (Batak). Dengan pertimbangan kultur bule yang berbeda dengan budaya Timur (Indonesia).

Ketika menjalin hubungan dalam budaya yang berbeda, apakah ada masalah?. Ada yang berpikir bahwa menjalin hubungan dengan perbedaan adat atau budaya justru bagus. Banyak yang sudah bisa menerima. Karena berpotensi untuk memperkaya adat dan budaya keluarga. Juga berkesempatan untuk mengenal adat atau suku lain. Bisa saling mengenalkan sukunya dan memperkaya pemahaman akan suku lain. Selain itu akan punya pengalaman menjalankan adat atau budaya lain selain daripada yang biasa dijalani dalam keseharian. menjalankan dua adat dari kedua pasangan.

Kenapa penting untuk melihat latar belakang sukunya? Mungkin karena konon katanya latar belakang suku seseorang akan membentuk kepribadiannya. Meskipun pada akhirnya semuanya kembali pada pribadi masing-masing. karena bagaimanapun, dipercaya bahwa jodoh yang diberi oleh pencipta, bukan berdasarkan sukunya.

Mungkin kita sering berpikir bahwa menikah sesama suku (Batak) itu menjadi ‘beban’ bagi anak panggoaran yang juga merupakan cucu panggoaran. Ternyata hal tersebut sudah tidak mutlak terjadi saat ini. Karena sudah semakin banyak naposo Batak yang dibebaskan untuk memilih pasangannya. Meski tetap ada naposo (perempuan) Batak yang mengutamakan mencari pasangan pria Batak karena melihat ada sisi pemimpin yang bisa mengayomi dirinya. Apalagi kalau dirinya mengidolakan sang bapak yang mungkin rajin ke adat, bisa jadi dia akan mencari sosok yang mirip atau sama. Namun sebagian besar ternyata masih mengutamakan yang utama adalah seiman.

Bagaimana ketika pasangan berbeda dalam adat? Mungkin bisa disebut nasional karena antara Batak dan Jawa. Pasti ada plus minusnya. ‘Plus’-nya adalah tidak direpotkan dengan urusan adat istiadat yang kadang dianggap ribet. Minusnya adalah ketika orang tua ternyata masih teguh menjalankan adat, mereka akan mendorong anaknya untuk segera melaksanakan pesta adat karena nanti akan berdampak pada adat yang akan dilaksanakan kepada mereka.

Kembali pada urusan adat dalam konteks Dalihan Na Tolu, jangan pernah lupa bahwa ada hak dan kewajiban yang melekat pada (prosesi) adat yang akan dijalankan. Ketika diperhadapkan pada pilihan apakah akan menjalankan adat atau tidak, ada konsekuensinya masing-masing.

Sebagaimana rangkaian diskusi yang kita lakukan sebelum-sebelumnya, dalam mencari jodoh, atau memulai hubungan, yang paling utama adalah kepribadiannya. Dan ketika hubungan sudah dijalani, hubungan mereka berdualah yang utama. Bukan yang lain. Sharing dari naposo perempuan, pertimbangan yang utama dalam mencari pasangan (pria) adalah bagaimana bentuk tanggung jawabnya. Entah atas diri sendiri maupun terhadap keluarga. Selain itu penting juga menjadi pertimbangan adalah teknik pendekatan kepada keluarga.

Ketika sudah siap menjalani hubungan dan melangkah ke tahap yang serius, yang utama perlu disiapkan adalah apakah kita siap dengan perbedaan masing-masing, perbedaan keluarga masing-masing. Untuk kemudian bertanya pada diri masing-masing, apakah siap untuk melangkah dengan satu visi yang sama, untuk mencapai satu tujuan yang sama.