Dalam acara adat Batak, seringkali kita melihat dengke atau ikan mengambil peran sebagai satu peranti dalam acara adat. Dahulu dengke  yang  digunakan  adalah  Ihan  Batak.  Ikan  yang  dipercaya sebagai ikan asli Batak. Meski pada kenyataannya berdasar hasil penelitian, spesies yang sama juga terdapat di negara/benua lain. Seiring jumlahnya yang semakin berkurang bahkan bisa dikatakan hampir punah, ikan mas terpilih menggantikan Ihan Batak.

Penyerahan dengke selalu berasal dari ‘pihak yang lebih tinggi’ kepada ‘pihak yang lebih rendah’. Dalam tatanan acara adat, dari hula-hula

kepada boru. Sebagai balasan dari boru yang sebelumnya menyerahkan tudu- tudu sipanganon. Dari Orang tua kepada anak, ketika bukan bagian dari acara adat seperti misalnya ucapan syukur atau memberangkatkan anak. Tidak pernah sebaliknya. Walaupun kadang karena suatu keadaan apa yang diberikan bukan bentuk ikan, tapi diganti menjadi daging ayam atau daging lembu. Tetap disebut dengke.

Dengke dianggap sebagai sarana menyampaikan berkat (pasu-pasu) maupun doa (tangiang). Itu sebabnya pemberian dengke tidak hanya dalam acara adat, semacam pesta unjuk (pernikahan) atau marhata sinamot. Beberapa keluarga menerapkannya dalam ragam acara seperti ketika anak lulus kuliah, ketika anak akan merantau, ketika anak lepas sidi (untuk yang kristen), dan seterusnya.

Kalau kita perhatikan, jumlahnya selalu ganjil. Satu, tiga, lima dan seterusnya. Konon katanya jika mangupa pengantin, kepada mereka diberikan hanya satu ikan. Dengan harapan kedua pengantin yang tadinya dua, sekarang sudah menjadi satu. Uniknya ketika yang diserahkan hanya seekor, ikan diberdirikan seolah sedang berenang (kadang juga dilakukan ketika ikan yang disampaikan berjumlah tiga) dengan disangga oleh nasi di kiri dan kanan ikan tersebut. Jumlah dengke yang diberikan, bertambah seiring dengan perjalanan pengantin. Ketika diberikan kepada keluarga yang sudah memiliki keturunan dalam pengertian anak, diberikan sejumlah tiga. Dan ketika sudah memiliki cucu, diberikan sejumlah lima.

Kalau diperhatikan, penyajian ikan mas ini selalu disajikan secara utuh. Tidak dipotong-potong. Bahkan sisiknya tidak pernah dibuang terlebih dahulu sebagaimana ketika mengolah ikan lain. Dipotong menjadi beberapa bagian hanya ketika di rumah makan Batak.

Ada apa dibalik pemberian dengke?. Dilihat dari filosofinya ada beberapa yang dipercaya sebagai dasar pemberian dengke ini. Ikan mas selalu hidup bergerombol, mungkin mirip seperti orang Batak

yang selalu hidup bersama. Ikan mas yang dipelihara dalam air mengalir, ketika ikannya melawan arus, dipercaya sebagai tangguhnya orang Batak dalam mengarungi kehidupan. Ikan mas hidupnya selalu bergerombol dan terlihat berenang ramai-ramai secara teratur (marudur-udur). Kebiasaan hidup ikan mas inilah yang diharapkan akan menjadi kebiasaan bagi keluarga yang diberkati. Hidup bersih dan harmoni dalam masyarakat.

Ada juga istilah dengke sitio-tio dan dengke simudur-udur. Dengke Sitio-tio menggambarkan kehidupan yang masih murni dan bersih. Ikan mas hidup di air tawar yang bening dan belum tercemar. Oleh karena itu diharapkan orang yang memakan dengke ini hidupnya selalu bersih.

Dengke simudur-udur, biasanya diserahkan kepada beberapa orang kerabat. Disebut simudur-mudur mengandung makna semoga yang menerima senantiasa seia sekata, seiring, sejalan, seperasaan sepenanggungan. Bisa dikatakan melambangkan hidup yang selalu harmoni dalam beberapa keturunan.

Disebut simudur-mudur mengandung makna semoga yang menerima senantiasa seia sekata, seiring, sejalan, seperasaan sepenanggungan.

Kalau kita bicara cara mengolah, ada beberapa metode dalam memasak ikan mas. Dengan diarsik. Arsik berarti kering. Mangarsik ikan mas berarti dimasak dengan ragam bumbu seperti jahe, kunyit, asam glugur, serai (sangge-sangge), batang kecombrang, cikala dan tidak lupa andaliman. Kalau ada bawang batak, biasanya dicampur. Bisa juga dengan daun singkong atau kacang panjang. Pendamping ini sering disebut uram-uramnya. Yang tidak kalah nikmat daripada menu utama yang ikan mas. Sampai disini sebenarnya sudah nikmat. Namun ada beberapa orang merasa lebih nikmat ketika ikan yang sudah diarsik itu digoreng kering.

Selain arsik, ada juga dengke naniura yang ‘dimasak’ dengan berbagai bumbu serba asam. Tidak dimasak dengan menggunakan api. Sering disebut sebagai sushi Batak. Selain itu ada dengke na tinombur.

Trivia:
Bagaimana cara makan ikan mas tanpa terganggu oleh durinya? Putarlah piringnya