Sudah lama orang Batak dikenal memiliki talenta dalam bidang musik. Banyak penyanyi, pemusik atau pencipta lagu terkenal berasal dari tanah Batak. Kiprah mereka bukan sekadar di tanah Batak, Sumatera Utara, atau Indonesia. Bahkan mendunia!

Untuk pencipta lagu, kalau boleh dikatakan satu angkatan ada beberapa nama. Mungkin sudah banyak yang mengenal nama duo Simanjuntak. Cornel Simanjuntak pencipta lagu Maju Tak Gentar dan Teguh Kukuh Berlapis Baja, serta Alfred Simanjuntak pencipta lagu Bangun Pemudi Pemuda. Ada juga Liberty Manik pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa, Amir Pasaribu yang satu angkatan tapi sepertinya belum banyak yang mengenalnya. Berbeda genre dari mereka masih ada E.L. Pohan yang banyak berkarya pada lagu Rohani. Selain mereka ada nama seperti Nahum Situmorang (Siapa tak kenal beliau?), S.Dis Sitompul pencipta Luat Pahae, Nortier Simanungkalit (pada masanya lagu ciptaannya mengiringi senam pagi anak sekolah). Untuk kategori lagu populer dikenal nama Dakka Hutagalung, Jack Marpaung, Charles Simbolon, Iran Ambarita dan seterusnya. Jika digabung dengan orang Batak pencipta lagu bukan lagu Batak, ada Rinto Harahap, Charles Hutagalung, Reynold Panggabean, atau Panjaitan Bersaudara.

Selain pencipta lagu, banyak juga penyanyi Batak yang dikenal luas. Sejak dari Eddy Silitonga, Diana Nasution, Christine Panjaitan, Rita Butar- Butar, dan yang lain untuk kategori penyanyi solo. Untuk kategori group ada Gordon Tobing atau The Mercys. Kategori penyanyi trio yang tenar pada tahun 1980-an hingga 2000-an. Sebut saja Trio Golden Heart, Trio Lasidos, Trio Maduma, Trio Ambisi dan masih banyak lagi.

Beberapa diantara mereka setia dengan lagu batak, beberapa lagi selain merekam suara/lagu dalam bahasa Batak juga dalam bahasa Indonesia. Eddy Silitonga bahkan dalam beberapa bahasa daerah lain semacam lagu Minangkabau atau lagu berbahasa Jawa.

Semakin kesini, domonasi penyanyi Batak seolah tidak surut. Sebut saja beberapa jebolan ajang pencarian bakat seperti Joy Tobing, Judika Sihotang, Firman Siagian, Maria Simorangkir, Lyodra Ginting, dan yang terakhir ada Mark Natama Saragi atau Anggi Marito Simanjuntak yang berpotensi membuat hattrick Batak menjuarai lomba itu.

Kembali pada lagu Batak sebagai topik diskusi, ciptaan para pencipta senior itu masih sering dinyanyikan sampai sekarang. Orang Batak mana tak merinding atau jiwanya tergetar saat menyanyikan O Tano Batak ciptaan S.Dis. Sitompul atau rindu kampung halaman kala melantunkan Luat Pahae. Orang Batak mana yang tak kenal Anakhonhi Do Hasangapon Di Ahu, dan mendadak ingin terbang ke Rura Silindung ketika mendengar Dijou Ahu Mulak, mengunjungi Pulau Samosir ketika mendengar lagu bertajuk Pulo Samosir.

Jika kita perhatikan, tema lagu Batak cukup beragam. Yang paling besar, tentang cinta. Baik cinta antar sesama, cinta kepada alam maupun cinta kepada pencipta. Cinta kepada sesama masih bisa dibagi lagi. Selain cinta muda-mudi dalam hal asmara, semacam Mardua Holong, atau cinta kepada orang tua seperti Tangiang Ni Dainang. Selain itu, juga cinta orang tua kepada anak. Cinta kepada anak juga masih bisa dibagi lagi. Lagu kepada anak lelaki seperti Poda, Anakku Na Burju atau Ndang Marna Muba Ho, Supir Panjang atau Poda Nauli. Beberapa lagu kepada anak perempuan seperti Boru Panggoaran, Borhat Ma Dainang, atau Tondi-tondiku.

Khusus tentang Borhat Ma Dainang ternyata ada pesan tersirat yang meneguhkan posisi perempuan Batak dalam kedudukannya pada sistem kekerabatan Batak. Lewat sepenggal lirik “Borhat ma dainang, tubuan laklak ho inang tubu sikkoru. Borhat ma dainang, Tubuan anak ho inang tubuan boru” peran perempuan Batak ternyata jembatan dalam kekerabatan Dalihan Na Tolu.

Dari sejarah panjang di atas, ternyata ada yang terlambat mencintai lagu Batak ketika mendengar lagu Batak yang telah diaransemen dengan kondisi kekinian. Banyak pendengar (baru kalau boleh dibilang begitu) yang menyadari bahwa lagu Batak memiliki arti dan keren. Dalam hal ini peran Viky Sianipar dan teman-teman tidak bisa dianggap kecil.

Kesukaan akan lagu Batak, seringkali juga dimulai dari kesukaan akan musik tradisonal semacam taganing, ogung, suling dan teman-temannya. Beranjak dari situ, kecintaan akan lagu Batak meningkat. Atau ada yang suka lagunya ketika telah dibawakan orang lain (cover). Mungkin ini soal aransemen atau faktor penyanyi ya.

Selain pesan (poda) orang tua kepada anak, ternyata lagu Batak juga memiliki banyak pesan tentang keluarga seperti Uju Ni Ngolungkon, atau pesan tentang pergaulan seperti lagu Jamila, atau tentang supir bis (supir motor) misalnya J.

Tapi diantara semuanya itu, O Tano Batak dianggap sebagai lagu kebangsaan kita orang Batak. Beta taendehon

O tano Batak haholonganhu
Sai na malungun, do ahu tu ho
Ndang olo modom, ndang nok mataku
Sai na marsihol do ahu, sai naeng tu ho

O tano Batak, sai naeng hu tatap
Dapotnohonku tano ha godangan hi
O tano Batak andingan sahat
Au on naeng mian di ho
Sambuloki

Molo dung binsar mata ni ari
Lao panapuhon haumai
Godang do ngolu siganup ari
Dinamaringan di ho sambulonki

O tano Batak, sai naeng hu tatap
Dapotnohonhu tano ha godangan hi
O tano Batak, andingan sahat
Au on naeng mian di ho Sambulonki
Au on naeng mian di ho Sambulonki